Pernahkah ngerasa udah jungkir balik usaha, segala cara ditempuh, baik dengan kearalan atau kesadaran penuh, namun hasilnya tidak sesuai keinginan kita? Saya cukup yakin kalo jawaban semuanya pasti pernah sih. Namanya juga hidup ya kan. Kayanya kita juga dari kecil dulu udah diajarin untuk belajar nerima hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Misalnya nilai rapot atau ulangan jaman sekolah dulu. Perasaan sih udah belajar mati-matian, tapi hasilnya ya tetep aja rata-rata, ga jadi menonjol juga. Atau ngerasa udah cape banget latihan, tapi ga menang apapun. Atau udah mikir mati-matian tapi idenya ditolak terus sama atasan. “Ya udah tarimakeun we” (Ya udah terima aja) adalah kalimat penghiburan yang paling sering diucapkan buat diri sendiri.
Untuk nerima hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita memang bukan hal mudah juga. Kadang-kadang walaupun dada ini udah berusaha dilapang-lapangin, tetep aja suka nyempil duri kecil yang agak anyep kalo nyoco ke hati pas lagi aral hahaha… Tapi seiring waktu berjalan, ada semacam rasa mengerti bahwa memang ada kekuatan yang jauh lebih besar di dunia ini yang tidak bisa ditolak. Semacam mengerti bahwa ternyata memang ada ketentuan yang tidak bisa diubah. Titik.
Jika kita melawan, keukeuh dengan kemauan kita, tetap mencengkram ego, kita hanya akan mendapat kelelahan dan dendam yang tak berkesudahan.
Kalau sudah lelah, step yang biasanya terjadi adalah semua aspek dalam tubuh kita dibuat lemah tak berdaya; semua sel otak seolah dibuat buntu tak bisa berpikir. Yang ingin dilakukan hanya satu: berdiam diri sambil berkomunikasi dengan diri sendiri untuk mencoba mengerti alur pikir semesta yang sulit ditebak jalan ceritanya.
Namun jika kita mencoba menerima semuanya, maka kita akan digiring kepada sebuah pemahaman baru: Bahwa sebenarnya kita sedang “Dipaksa” menyerah terhadap ketentuanNya.
Jika sudah paham hal itu, maka step selanjutnya adalah tak ada lagi keinginan untuk memberontak, tak ada lagi keinginan untuk memperpanjang dendam. Yang ada hanyalah ingin menjalani semuanya seperti mauNya. Toh kita diciptakan pun untuk menjadi kaki tanganNya bukan? Perlahan, pintu pertolongan pun pasti akan terbuka tanpa diduga.
Eh tapi, pertolongan itu juga baru akan datang kalau kita dengan kesadaran penuh mengakui bahwa Dia lah satu-satunya yang Maha Kuasa dan Maha Segalanya. Mengakui bahwa kita ga ada apa-apanya sama sekali tanpa Dia. Bahwa tiada satupun mahluknya yang membuat kita melekat melebihi dari pelekatan kita denganNya. Jadi berhentilah mengucap kata-kata; always, forever, atau kata-kata yang menjurus pada kemelekatan selain denganNya. Karena di dunia ini memang tidak ada yang abadi, dan tidak ada yang bersifat selamanya. Deal with it!
Pernah banget dibikin nggak berdaya pisan. Padahal sebelumnya amat sangat berdaya pisan. Move on nya?
Gustiii, lama banget!
Jalanin aja, ikuti “alur”Nya, pasti udah yang paling bener…
SkenarioNya pasti yang terbaik.
Stujuuu 🙌🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻😘😘😘😘
ceritanya lg kepengeen banget baca blognya teh boni. eh ku pilih lah judul yg ini ternyataaa ini yg aku lg alamin. dipaksa gak berdaya dan bener bangeettt semua angan2 yg udah direncanin, udah dirancang indah tp kalo Allah bilang
‘harus begini” ya kita kudu terima. haturnuhun teh tulisanmu selalu menginspirasi :”
waaah terima kasih banyak..Iya ternyata belajar menerima juga membutuhkan proses ya hehehe.kadang harus dipaksa dulu, akhirnya baru deh ngerti. Manusia oh manusia 🙂 *ngomong sama sendiri hahaha semangat selalu yaaa :))