Pagi itu saya sudah ada di subway karena sesuai rencana: pengen berkunjung ke negara terkecil di dunia!. Dalam bayangan saya, seperti halnya ke tempat lainnya, tinggal datang dan masuk aja biasa. Sip lah..Let’s go!
Google maps jadi pemandu saya pagi itu dan ternyata perjalanan hanya memakan waktu 15 menit dari apartemen tempat menginap. Sesampainya disana, banyak banget orang bertebaran dimana-mana lagi berbaris rapi ngikutin ketua rombongan yang bawa-bawa bendera.
Mungkin karena keliatan bingung, tiba-tiba seorang pria keturunan India menghampiri saya, “Hello, do you want to go to Vatican? Speak english or Italy?” katanya. Tadinya mau jawab, “Sundanese” tapi pasti ga ngerti juga kan? 😀 Lalu dia pun menjelaskan dengan panjang lebar bahwa untuk masuk kita mesti membeli tiket dulu dan disarankan ikut tour karena selain banyak nilai historis didalamnya, tempatnya gede yaitu sekitar 44 hektar, jadi mending ikut tour biar ga nyasar. Gitu katanya. Lumayan mahal sih kalo mesti ikut tour, tapi dipikir-pikir kalo cuman masuk, trus liat tapi ga ngerti kan percuma juga ya. Akhirnya saya memutuskan untuk bayar sekitar 1 juta rupiah untuk ikut tour (skip the line) dan masuk ke dalam museum Vatikan dan Sistine Chapel tentunya.
Setelah beli tiket, saya kemudian disuruh bergabung dengan turis lainnya yang juga memakai label ‘English” dan mengikuti tour guidenya yang mukanya mirip Adrien Brody . Coba lihat, mirip ga? 😀
Selain saya, ada sekitar 10 orang yang datang dari berbagai negara, mengikuti rombongan ini. Sebelum masuk, kita diceritain sejarah mengenai proses pembuatan karya-karya luar biasa yang ada disini. Yang dihighlight tentu cerita soal Michaelangelo yang sangat terkenal sebagai pelukis, pematung, arsitek dan pujangga dimana karyanya bisa dilihat di museum dan karya monumentalnya di Sistine Chapel. Karena saat di Sistine Chapel nanti, kita ga boleh motret, ga boleh ngobrol, ga boleh ribut, karena ada petugas keamanan yang menjaganya dengan ketat. Kalo kamu ketauan motret, akan kena denda yang besar. Selain itu, dia juga nerangin beberapa hasil karya yang monumental di Museum Vatikan. Menurut referensi yang saya baca, saking banyaknya koleksi museum disini, kita baru bisa beres melihat dan menikmatinya selama 4 hari!
Lumayan lama juga sih dia ngejelasin soal lukisan-lukisan termahsyur Michaelangelo yang sarat dengan simbolik. Ada kali 20 menit kita berdiri sambil ngedengerin dia bercerita. Sampai akhirnya beberapa pasangan udah mulai menunjukkan wajah tidak sabar hahaha…Andrea (Sebut saja dia Andrea, karena saya lupa nama dia siapa) pun mengajak kita masuk dan masing-masing diberi headset buat ngedengerin tour guidenya menjelaskan saat di dalam nanti.
Baru juga masuk, saya udah kesenengan liat view kaya gini. Mulai ga konsen sama tournya hahaha..pengennya motret aja 😀
Kemudian kami mulai masuk ke museum Vatikan dan mulai dari sini, kita akan disibukkan menengadah ke langit sambil melihat karya-karya bersejarah hasil karya para maestro.
Sepanjang lorong ini, kita diterangin sejarah Itali dari jaman perang sampai merdeka, dan sejujurnya saya ga gitu ngedengerin karena begitu terpukau dengan semua lukisan yang ada disana. Agak nyesel sih kenapa ga baca wikipedia dulu biar ga blank banget tentang sejarah Italia. Tapi yaudahlah ya dinikmatin aja. Ga ngerti aja nikmatin, apalagi kalo ngerti 🙂 Takutnya malah ga mau pulang 😀
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu: masuk ke Sistine Chapel, tempat suci yang mengundang banyak perhatian karena lukisan karya Michelangelo yang paling terkenal “The Creation of Adam” atau Penciptaan Adam. Karena anaknya taat aturan, saya beneran ga motret dan ga ngobrol, cuma menikmati semuanya dengan leher menengadah dan memandangi lukisan yang sarat akan simbol. Kebayang ya pas bikinnya kaya gimana.
Beres dari sana, tour pun berakhir. Bagi yang ingin pergi ke St.Peter’s Basilica, kita harus ngantri lagi dan bayar sekitar rrrr…20 euro kayanya *lupa lagi* . Ada paketnya gitu sih, bisa milih mau yang pake lift atau lewat tangga. Tapiiiii… nunggu liftnya aja seabad, ga tau kapan kosongnya. Jadinya saya memutuskan untuk naik tangga aja demi rasa penasaran. Tapi ternyataaaa…apa yang terjadi??????
Kita harus nanjak dulu…!!! Lorong tangga menuju puncaknya parah banget sih, lebih kecil dari yang ada di Florence! Asli cuma cukup satu badan, dengan elevasi 45 derajat keatas hahaha…dan ternyata di beberapa spot, kita harus ngantri dulu nunggu orang yang turun dari atas turun semua. Duhhh kacauuulah! Mana pengap banget huhuhu…nafas orang yang dibelakang aja kecium! Iyyukhhh..aku butuh nafas buatan!!! Help!!!..
Dan tangga nanjaknya ga beres-beres ampuuun huhuhuhu…sampe akhirnya di tengah perjalanan, ada sepasang suami istri separuh baya berhenti. Sepertinya sang suami sudah tidak kuat meneruskan perjalanan. “Are you ok?” tanya istrinya. “No” i think i can’t do this” kata suaminya. Lalu saya meninggalkan mereka sambil sayup-sayup mendengar mereka memutuskan untuk kembali ke bawah. Huhu. Saya jadi inget impian teman-teman saya yang ingin masa tuanya dihabiskan untuk jalan-jalan ke Eropa. Hmm..sepertinya ide itu harus sedikit diubah, karena apa? Karena lelaaaaah saudara-saudara…hahahha..dimana-mana tangga, dan itu membuat kaki pegal setengah mati. Jadi, idenya mungkin bisa dirubah, ke Eropanya selagi masih muda aja. Jadi badan masih segar dan menikmati semua perjalanan. Masa tuanya dihabiskan di kapal pesiar aja, biar enak leyeh-leyeh yakaan 😀
Sepertinya perjalanan kali ini ditempuh dalam waktu 1,5 jam lebih sambil nanjak terus ga dikasih ampun! Saya mulai kelelahan karena merasa kehabisan oksigen begitu mendekati puncak.
Begitu sampai puncak, saya kesulitan untuk melihat pemandangan indah karena dipenuhi orang daaaaann…tidak seperti di Florence, disini sekelilingnya ditutupin tralis! Jadi saya ga bebas untuk menikmati pemandangan indah dari atas! Agak kecewa sih karena tempatnya ga sebesar di Florence, tapi viewnya ga kalah mempesona sih yakaaan…
Ga sampe 10 menit, saya lalu memutuskan untuk ke bawah lagi. Terlalu banyak orang disana, ga bisa gerak dan ga bisa foto. Yang saya pengen cuma buru-buru nyampe bawah, beli minum, makan es krim dan makan pizza!!! Sumpah laper banget!!!! Rasanya kaya abis vertical running! *usap-usap lutut*. Karena penasaran, kemudian saya browsing wikipedia mengenai spesifikasi mengenai St. Peter’s Basilica
Length | 730 feet (220 m) |
---|---|
Width | 500 feet (150 m) |
Height | 448.1 feet (136.6 m)[1] |
Nave height | 151.5 feet (46.2 m) |
Dome diameter (outer) | 137.7 feet (42.0 m) |
Dome diameter (inner) | 136.1 feet (41.5 m) |
Hmmm..pantesss lelah yaaakaaaannn 😀
Saking lapar dan ga fokus, saya kelewatlah berfoto di famous stair yang ada disini. Padahal itu tujuan awalnyaaaa hahahaha…Ingetnya pas saya udah diluar dan kalo mau masuk, harus ngantri lagi dan berdesakan dengan ribuan orang gaes! Ah lupakan saja kalo gitu kaaan? Saya cukup senang liat fotonya dari google aja 😀 *menghibur diri*

5 jam berada di Vatikan ini berakhir menyenangkan di kedai kecil dekat situ yang menjual gelato dan pizza terenak! *mungkin karena laparnya kebangetan sih* *sambil tak lupa pijit-pijit kaki sendiri* hahahahaha..
Karena hari sudah mulai sore menjelang malam, saya memutuskan untuk kembali ke apartemen untuk packing karena besok pulang! Horee!!!
Tapi kemudian keamsyongan lainnya terjadi….
PASSPORT IS GONE!!!!!!!
*crying
*to be continued
Ga mirip Adrien Brody!!! Kurang tirus dan matanya kurang sedih. Huh. #fansAdrienBrodygariskeras
Ahahahha wah diprotes fans keras euy 😂😂 yah namanya juga KW ini mah diit 😅😅