Masih utang cerita part yang paling menegangkan dalam trip saya waktu itu. ( Iya tau, ini mah udah kelamaan banget tulisannya ngendap di draft, monmaap :D)
Beres jalan-jalan dari Vatican dan beli pernak-pernik buat oleh-oleh, saya dan travel mate pun pulang ke apartemen, dan waktu menunjukkan pukul 7 malam waktu setempat. Niatnya emang mau langsung packing karena besok siang kita udah pulang. Kami berdua khusyu banget masukin semua barang ke koper dan ga lama packing pun beres. Saya kemudian naik ke tempat tidur, sambil browsing kereta apa yang bisa dipake ke airport besok.
Tiba-tiba terdengar suara kepanikan dari sebelah saya. “Kayanya passport gw ilang deh“. Apaaaaa??? Saya pun loncat dari kasur. “Ah ga mungkin! Paling juga tercecer di kamar atau di koper” jawab saya berusaha menenangkan sambil ikut membantu mencari. Sekitar satu jam kami mencari, kemudian terdiam bersama, sambil mengingat-ngingat kira-kira dimana hilangnya. Sepertinya antara jatuh atau memang dicopet di kereta saat perjalanan tadi siang. Akhirnya dia bilang kalo pas keluar stasiun, dimana kita sempat mampir ke toko sebentar, dia udah ga enak hati karena ia tidak bisa menemukan passportnya. Tapi ia berpikir mungkin memang tertinggal di apartemen. Kami berdua bingung dan sedikit panik.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia masih shock dan terdiam lemas. Saya lalu mencari informasi ke kedutaan Indonesia yang ada di Roma dan bertanya soal prosedurnya jika kehilangan passport. Pada intinya, kami harus pergi ke kantor polisi setempat, lapor lalu dapat surat kehilangan, lalu pergi ke kedutaan Indonesia untuk mendapatkan passport pengganti. Masalahnya adalah katanya prosesnya bisa memakan waktu 1-2 hari. Whaaattt???? Sementara flight kami kurang lebih 12 jam lagi.
Ga pake lama, kami pun bergegas pergi ke kantor polisi terdekat memakai taxi. Karena kami pikir, kantor polisi pasti buka 24 jam. Sesampainya di kantor polisi, pintunya sudah tertutup, dan gelap. Saya sempat bertanya pada polisi yang keluar dari gerbang. Menurut keterangannya, saya disuruh balik lagi besok pagi jam 10. Whaaatttt???? Flightnya jam 12 siang, Pak. Asa ga mungkin gitu loh. Akhirnya saya minta referensi dimana kantor polisi yang memberikan pelayanan 24 jam. Si polisi yang ga bisa bahasa Inggris itu lalu menyuruh saya ke kantor polisi di terminal bis terdekat. Kami pun lalu bergegas kesana. Jaraknya kurang lebih 2 kilometer dari kantor polisi sebelumnya. Sesampainya di terminal, kami lalu sampai dan mendapati kantor polisinya pun gelap dalam keadaan terkunci. Huft. Gimana ini? Masa ga ada yang buka sih kantor polisi teh?
Saya pun browsing lagi nyari kantor polisi lainnya yang kira-kira masih buka. Saya tunjukkan alamat hasil browsing, lalu supir taxi pun mengantar kami kesana. Oya, taxi disini kaya pembalap semua! Aselik! Saya berasa lagi syuting film The Italian Job pas part dikejar penjahat gitu hahaha… Kayanya mereka males nginjek rem lho, soalnya yang mau nyebrang aja hampir ditabrak, parahh hahaha..*miriplah sama disini 😀
Sampailah kami di kantor polisi ketiga malam itu. Kami berdua udah ga tau itu jam berapa. Pasti sudah larut sekali karena jalanan sepi dan mencekam. Toko-toko udah pda tutup, angin berhembus dingiiiin sekali. Muka udah kusut dan mata sepet karena ngantuk bercampur tegang. Apakah kami berhasil menemukan kantor polisi yang masih buka? Tidak saudara-saudara! Tutup juga. Gerbangnya kita ketok-ketok dan pencet bel ga ada yang keluar :(((( Kami pun menunduk lemas, dua-duanya bingung. Ketika akan berjalan mencari taxi, tiba-tiba ada seorang pria dari atas berteriak dalam bahasa Inggris yang terbata-bata. Setelah berhasil menerjemahkan, intinya, besok kita disuruh dateng jam 8 pagi, karena sekarang sudah tidak ada yang bertugas katanya. Huh antik! Baru tau kalo disini kantor polisi ada jam tutupnya. Sungguh, saya kesal sekali! Bukankah harusnya kantor polisi itu 24 jam???
Akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke apartemen dalam keadaan lunglai. Kita berdua baru sadar kalo waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Kami pun tertidur dengan kondisi yang ga pararuguh. Mata sih merem, tapi pikirannya jalan-jalan mikirin segala kemungkinan yang bisa terjadi besok. Rasanya baru merem sekitar 15 menit, alarm handphone pun berbunyi. Kami pun bergegas mandi, lalu langsung pergi ke kantor polisi. Koper kami tinggalkan di apartemen untuk memudahkan gerak dan alasan kepraktisan. Karena sesungguhnya kami khawatir, polisinya memberi harapan palsu. Sesampainya di kantor polisi jam 8 pagi, kami pun akhirnya disambut oleh polisi yang bertugas. Setelah kami bilang mau minta surat kehilangan, kami pun disuruh menulis form dan menunggu. Di ruang tunggu ada seorang bapak dan anak yang sedang tertidur pulas. Katanya mereka disitu melaporkan kalo rumahnya abis kemalingan dan si bapak terus ngoceh kalo Roma itu bener-bener kota yang tidak aman. Saya mendengarkan dengan seksama sampai si bapaknya lama-lama cape sendiri. Saya kemudian kembali mematung. Satu jam berlalu tanpa ada apa-apa. Kemudian saya liat jam, sudah 1,5 jam menunggu, tapi ko ga dipanggil-panggil ya? Saya kembali gelisah. Kemudian saya beranikan untuk menghampiri petugas yang kayanya dari tadi bengong aja. Tepat di depannya, ada form laporan yang tadi sudah saya serahkan. Belum diapa-apain dong!!!! Lalu saya bertanya kenapa laporannya belum diproses? Dia bilang ditunggu saja karena pagi itu mereka sedang ada kasus besar jadi ga ada petugas yang bisa handle ini. Saya tanya harus berapa lama lagi nunggunya, dia geleng-geleng kepala sambil mengangkat bahu. Ihhhh keselllll deh sumpah! Saya kembali ga paham dengan cara kerja polisi disini. Saya pikir saya ga bisa nunggu lebih lama dengan ketidakjelasan disini. Lalu saya memutuskan pergi dari kantor polisi ini untuk kembali mencari kantor polisi di terminal. Setibanya disana, kantor polisinya udah buka. Alhamdulillah. Kami kembali disuruh menunggu lagi. 15 menit, 20 menit, dan belum dipanggil-panggil juga. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul 9.30. Ingat, flight kami jam 12 *krayyyy.
Stok sabar saya udah menipis. Saya sampe beberapa kali mengetuk pintu khusus staff karena tidak ada satupun petugas yang keluar menghampiri kami. “Hellooo…can you help us, Sir?” kata saya setengah teriak. Sekali, dua kali, tetep ga ada yang keluar. Padahal kalo saya ngintip dari jendela, semua petugas ada didalam. Ada yang lagi duduk-duduk sambil pegang handphone, ada yang lagi ngobrol santai sambil ketawa-ketawa. Tapi saya ketok-ketok jendela kacanya juga ga ada yang ngeliat. Duhhhhh kekesalan saya memuncak dan semakin panik karena hari sudah semakin siang. Saya pun memutuskan untuk pergi lagi ke kantor polisi lain yang bisa membantu. Sampai di kantor polisi yang entah di daerah mana, pintunya masih tertutup. Sudah jam 9.45 pagi tapi masih tutup juga????? Disini ga pernah ada sidak dari pemerintahnya atau gimana sih? Huft! Saya lalu memencet bel beberapa kali tapi kembali hening, tak ada suara kaki yang mendekat ke pintu, tak ada suara yang menyaut bel tadi dari dalam. Sepi dan senyap. Setengah pasrah bercampur clueless mesti ngapain lagi, tiba-tiba ada suara yang entah darimana, nyuruh kita ke lantai atas. Kami pun bergegas ke atas dan bertemu dengan seorang polisi yang ga ngerti sama sekali bahasa Inggris. Oh bhaiqueeee! Saya pun lalu mengambil handphone dan membuka google translate. Dia mengangguk lalu mengambil form yang harus diisi. Saya lalu mengisinya karena teman saya sudah terlalu lelah menghadapi ini. Ga lebih dari 5 menit, dia beres ngeprint surat dan kami mengucapkan terima kasih banyak. Ya ampun lega sekali!!! Terima kasih sudah membantu ya, Sir! Gitu kek dari tadi *nangis beneran.
Kami pun bergegas menyetop taxi yang lewat untuk mengantar kami ke kedutaan Indonesia. Waktu semakin mepet sodara-sodara!!!!!!! Sesampainya disana, kami langsung mengikuti prosedur yang berlaku yaitu mengisi form yang berisi data lengkap. Passport pengganti ini bersifat sementara saja. Jadi begitu pulang harus langsung bikin passport baru. Baiklah Pak!
Saat saya bertanya berapa lama proses penggantian passport tersebut, petugasnya bilang ya sekitar 1-2 jam. Waaww! Kami hanya bisa pasrah, sambil mengontak teman baik saya, Bundi, yang membantu mengurus tiket waktu itu, untuk siap-siap booked tiket di penerbangan selanjutnya kalo memang kita terlambat. Bundi bilang harga paling murah untuk tiket go show sekitar 15 juta per orang. Yaudahlah ya, mau gimana lagi. Yang penting bisa pulang! Saya cuman pengen meluk Kilau di hari ulang tahunnya huhu…
Jam sudah menunjukkan pukul 10.15 pagi. Flight kita jam 12 sodara-sodara! Saya mondar-mandir di ruang tunggu. Berharap bapak petugasnya bisa mempercepat gerakannya di dalam ruang kerjanya.
Sekitar 45 menit kita menunggu, kami pun dipanggil dan membayar tarif yang sudah tertera di dinding. Lalu petugas menyerahkan sebuah kertas berkop surat yang menerangkan bahwa telah terjadi kehilangan passport.
Setelah semua beres, kami pun langsung ngibrit lari keluar, menyetop taxi dan bergegas menuju ke apartemen. Rencana awalnya, kami akan menggunakan kereta ke airport, dengan estimasi waktu 1,5 jam. Berhubung waktunya mepet, akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan taxi langsung ke airport.
Tapi emang dasar ya, kalo lagi apes, suka keterusan. Nyampe apartemen, supir taxinya nunggu diluar karena kita mau bawa koper dulu. Kami kembali berlari sprint ke dalam apartemen hahaha.. Koper sudah di tangan, dan kami pun bergegas keluar. Oya, karena apartemen tempat kita menginap ga ada petugas yang nungguin, jadi kunci kami tinggalkan di meja apartemen begitu saja.
Untuk keluar dari gedung apartemennya, kami harus melalui 3 pintu. 1 pintu apartemen, 1 pintu gedung utama, 1 pintu pagar. Sialnya, pintu gedung utama yang biasanya otomatis terbuka ketika kita memencet tombol, tiba-tiba tidak berfungsi!!!! Keos deui wae sis hahahaha… Satu-satunya pertolongan hanyalah berharap ada penghuni apartemen yang akan keluar atau masuk, jadi kita bisa nebeng keluar. Tapi apa yang terjadi? Ga ada satupun penampakan orang di apartemen itu dong!!!!!!. Mau nelfon minta tolong, minta tolong siapa pula? Si empunya apartemen pun saya texting dari pagi belum dibalas-balas. Kami pun mulai merasakan pasrah sepasrah-pasrahnya. Kalopun telat flightnya, setidaknya kami sudah booked tiket selanjutnya.
Sekitar 10 menit, tiba-tiba ada suara langkah kaki mendekat dan ada seorang Bapak yang keluar dari kamar. Lalu kita bilang kalo tombol untuk buka pintunya rusak dan kayanya harus pake kunci. Sialnya dia juga ga bawa kuncinya. Lalu dia kembali ke apartemennya untuk mengambil kunci. Omaygaaatttt…rasanya pengen bilang, “Pak bisa cepetan dikit ga jalannya Pak??? Kita lagi diburu waktu nih monmaap”. Tapi karena bapak-bapaknya udah tua dan renta, masa iya saya nyuruh lari kan??? Ya udah deh, kami kembali bersabar sambil mengatur nafas biar tenang dan mencoba mengubah pikiran jadi baik biar semesta mendengar.
Akhirnya Bapak itu balik lagi dan akhirnya kita bisa keluar apartemen. Supirnya ngedumel kenapa kita lama banget di dalam. Rasanya pengen bilang, “Pak udah deh berisik amat! Bapak ga tau apa yang lagi kita alamin!”. Tapi mau marah balik juga udah ga ada tenaga.
Beres masukin koper ke bagasi, supirnya pun langsung tancap gas menuju airport. Di perjalanan, kami berdua sibuk mengatur nafas yang tersengal-sengal , dan baru sadar kalo kita belum isi perut dari semalem! Haus dan lapar baru kerasa selama perjalanan di taxi. Sesudah mencoba tenang, kami mulai kokoreh tas, siapa tau ada sisa jajanan yang belum termakan. Tapi ternyata ga adaaaaaaaa gaes! Apes! hahaha…. Dan perjalanannya jauhhh banget kaya ga nyampe-nyampe. Kami mulai panik lagi liat argo yang bergerak secepat kuda!!!!!!! Duit cash kami tinggal segitu-gitunya karena belum sempet lagi ke ATM. Deyym! Drama ini ko terus berlanjut ya hahaha..
Daripada deg-degan, saya kemudian memberanikan diri buat nanya berapa lama lagi nyampe airport. Supirnya bilang kurang lebih setengah jam lagi. Untungnya emang lancar banget, ga kaya kalo perjalanan ke Soekarno Hatta. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.15 dan ini sih yang bikin tegang: ARGO SUDAH MENUNJUKKAN ANGKA 55 EURO!!!! DIE atuh ini mah :((((((Kami pun mengais-ngais dompet mencari uang cash yang tersisa, karena kita ga tau kan dimana letak ATM di airport nanti. Setelah digabung, uang cash kami hanya ada 60 euro, itupun mayoritas uang koin semua. Satu-satunya keinginan saya, ingin bergegas nemu ATM dan ngambil duit buat beli makanan enak dan mahal! Karena kelelahan menjalani drama ilang passport ini sungguh membuat salatri!!!
Pas banget argo di angka 60, kami pun sampai di airport. Sense of humor Tuhan emang ga ada duanya. Itu kalo lebih 1 euro aja, kita ga tau mau bayar pake apa hahahaha…Setelah mengucapkan banyak terima kasih sama drivernya, kami pun kembali melakukan sprint untuk check in. Kita pake KLM, dan di informasi, KLM sudah tidak tampak. Lalu saya bertanya pada petugas, dan diarahkan ke maskapai penerbangan lain. Seorang petugas perempuan yang sudah berumur kemudian mengkonfirmasi bahwa flight dengan tujuan Jakarta sudah dari tadi bersiap untuk boarding, dia hanya bilang untuk lari sekencang-kencangnya dan good luck. Semoga kamu ga ketinggalan pesawat, ujarnya. Kami pun kembali melanjutkan kemampuan kami untuk berlari kencang, dengan tenggorokan yang amat sangat kering dan badan lemas. Jangan bayangin airport di Bandung yang mungil ya. Airportnya lumayan gede jadi kita mesti berlari ke gate yang dituju. Begitu sampai di gate, saya buru-buru memberi tiket sama petugasnya, dan petugasnya cuma mengecek tiket sambil bilang, “So sorry”. Ehh gimana maksudnya??? Kemudian saya tanya apakah udah telat? Dia lalu menunjuk papan diatasnya, dan ada tulisan: ROME- JKT: ……….Delayed.
OMAAAAAYYGAAAAATTT Saya ga pernah sesenang ini mendapat kabar kalo pesawat yang saya tumpangi delay! Tapi saat itu saya masih loading, setengah ga percaya, dan muka saya pasti bloon banget, sampe ada bapak-bapak yang merhatiin dan manggil saya biar duduk di sebelahnya. “Sit down here, Miss..” ujarnya. Trus saya nanya lagi sama si bapak itu, apakah saya telat? Dia bilang, “Pesawatnya delay. Kamu bisa santai-santai dulu disini.” Whooaaaaaaaaaaa….!!!!! Itu mah ya langsung atuh ngagoler dina korsiiii hahahahaha….lega setengah mati. Foto dibawah ini emang beneran saya langsung lunglai tapi bahagia hahahaha…Ga lama saya kembali teringat kalo saya lapar banget dan langsung cari ATM. “Ayooo kita beli semua makanan enak disini, juga kopi mahaaaalll, ku aing dibeuli kabeh” kata saya hahahaha…
Setelah minum kopi dan sarapan enak, kita pun dipanggil karena pesawatnya sudah siap.
Duhhh sumpah deh selama perjalanan kita berdua cuma bisa ketawa-ketawa ngetawain kebodohan drama ilang passport dan akhirnya menyadari kalo polisi di Indonesia jauh lebih baik pelayanannya daripada polisi Italia. Hidup Indonesia pokoknya mah hahahaha…
Singkatnya perjalanan alhamdulillah lancar, kita transit dulu di Schiphol dan menghabiskan uang yang tadinya buat beli tiket pulang hahaha..tapi makanan disini emang enak-enak ya. Udah gitu airportnya keren banget dengan segala fasilitasnya yang lengkap. Menghabiskan seharian disini juga kayanya ga akan kerasa. Laff!!
Apakah mau ke Italy lagi? Hmm..kalo disuruh milih, saya lebih milih untuk jalan-jalan ke….
Jepang lagi.
Biarin.
Emang sebetah itu di Jepang.
Hahaha…
Dan begitu nyampe Bandung, Kilau pun udah tertidur lelap karena saya baru nyampe Subuh. Tapi sungguh, saya sangat senang bisa pulang.
Sejujurnya, ga pernah sesenang ini pulang abis bepergian jauh 🙂