Perjalanan ke Gunung (yang) Halu

Pernahkah kamu merasa seperti sedang berjalan ke arah gunung yang kelihatannya ada di depan mata, tapi semakin lama rasanya malah semakin menjauh dan makin berkabut, hingga kamu tidak bisa melihat dengan jelas jalan ke arah gunung yang akan dituju?

Saya ngalamin persis perjalanan rasa itu.

Disitu saya kenalan sama rasa gelisah yang bercampur dengan rasa tak yakin, sambil terus bertanya-tanya apa yang akan terjadi tanpa menemukan secuil jawaban yang pasti. Saat itu saya cukup puas ketika sahabat saya bilang, “Ada pertanyaan yang akan selalu jadi pertanyaan”. Jadi setiap rasa gelisah itu hadir, saya mencoba sadar kemudian menyemangati diri sendiri, mengalihkan fokus pada hal-hal yang membuat saya happy. Hal ini terus menerus berlangsung seperti sebuah keharusan yang harus saya terima.

Sampai pada akhirnya, saya menemukan jawaban yang dicari selama ini. Rasa gelisah itu pun lenyap. Jawaban yang muncul ternyata tidak mengenakkan, tapi rasanya sangat melegakan dada. Hancur? Iya. Sedih? Jelas. Tapi sekaligus bahagia karena berhasil menemukan jawaban atas pertanyaan besar selama ini. 

Dari situ saya belajar bahwa akan datang saatnya, suara hati yang menuntunmu, memberi tahu apakah kamu mesti bertahan atau balik badan memilih jalan lain. Suara hati yang akan meyakinkanmu bahwa kamu sudah cukup berjuang dengan segenap hati dan menjalankan peran yang diberikan dengan baik. Suara hati yang murni akan diterima dengan mudah melebur tanpa ada penolakan. Dalam waktu sepersekian detik saja,  saya yang sebelumnya selalu ragu, tiba-tiba memiliki kekuatan penuh memilih jalan itu. Iya, keyakinan seringkali datang secara ghaib.

Ada yang butuh waktu lama untuk mendapat jawaban, ada juga yang dengan cepat menerima jawabannya. Tak ada yang salah dengan keduanya. Semua tergantung pemahaman, nasib, perjalanan, dan seikhlas apa mencari jawaban teka-teki kehidupan ini. 

Jadi buat kamu yang sedang berjuang untuk sampai di gunung yang tampak menjanjikan tadi, turunkan ekspektasi ya. Mungkin ketika gunungnya sudah di depan mata, kamu malah menemukan fakta bahwa ternyata gunung yang dari kejauhan nampak menyejukkan, jika dilihat dari dekat hanya tanah gersang dan membuatmu tidak tenang. Bisa jadi ternyata gunung yang kamu tuju itu hanya bisa bersembunyi dibalik kebesarannya tanpa berani menghadapi yang harus dihadapi: realita hidup. 

Tidak ada kata terlambat untuk merubah jalan. Kuncinya cuma satu: dengarkan kata hatimu dan biarkan dia menemukan jawabannya. Jangan biarkan orang lain terus mengkerdilkan jiwamu dengan melontarkan hal-hal yang kurang baik tentangmu, membahas kekuranganmu dan tidak menghargaimu. Ingatlah bahwa kamu adalah mahluk mulia. Jika ia tidak bisa menerima kelebihan dan keterbatasanmu (termasuk masa lalumu), maka dia bukan orang yang tepat.

PS: Terima kasih, Semesta!

Dari saya yang selalu kagum dengan cara bagaimana Engkau bekerja ❤️

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s