Ini bermula gara-gara kerjaan saya yang berkutat ngurusin sosmed mulu. Keseringan ngurusin sosmed ternyata banyak pelajarannya ya, salah satunya adalah ternyata kehidupan nyata tuh mirip juga sama kehidupan di dunia maya.

Kadang timeline kita sama timeline Tuhan suka beda. Kita udah cape-cape bikin grid rapi, tapi sama bos disuruh revisi. Sama kaya kita udah punya sebuah rencana, tapi sama Tuhan seringkali diacak-acak.

Kadang kita lebih suka posting foto yang tersenyum bahagia, tapi Dia lebih suka kita memperlihatkan ke-apa-ada-an-nya kita aja.

Belum lagi kalo ngebahas soal algoritma Instagram yang selalu terus berubah, tapi kita selalu punya cara bagaimana mengakalinya. Sebaliknya, algoritma Tuhan kadang di luar nalar kita. Bagaimanapun kita mencari cara untuk menyiasatinya, ia sudah punya path sendiri yang tak bisa kita tolak.

Di sosmed, akan selalu ada orang yang dengan senang hati memencet tombol likes sebagai bentuk apresiasi, tapi ada juga yang pilih-pilih; kalo kontennya ga bagus ya ga akan dilikes. Lalu ada juga netizen yang menganggap kalo kita memberi likes pada foto orang, artinya kita punya perhatian khusus sama si pemilik akun (*doh!). Trus ada juga si stalker dengan akun tanpa postingan dan diprivate, tapi selalu jadi viewer story kita paling pertama. Belum lagi tak terhitung yang hobby komen tak bertanggung jawab.

Sama halnya dengan kejadian di dunia nyata. Selalu ada yang suka dan tidak suka sama sikap atau perbuatan kita. Ada yang selalu mensupport sama hal yang kita lakukan, tapi ada juga yang menganggap remeh dan dan ngomongin di belakang, mengungkit masa lalu, dan menjudging orang seenak udelnya.

Oh sungguh mereka adalah gimmick-gimmick kehidupan yang menggemaskan bukan? Tapi ga usah dibikin pusing sih, mending kita jogedin ajalah ya, gimana?